Selasa, 23 Agustus 2016
Tjong Tjing Liu : Pak Tito , Pak Jokowi Tolong Saya.. !
Agen Poker
Tolonglah saya, tolooong. Tolonglah saya. Kepada Pak Tito saya minta tolong. Kepada Pak Jokowi yang berada di Sumut tolonglah. Saya ini orang kecil. Hak saya dirampas, anak saya dibunuh dengan keji dan sadis. Tolonglah...!” ucap Tjong Tjin Liu/Johannes (56) yang terus menangis sedih. Air mata terus mengalir, tangis tidak kunjung berhenti. Warga Jalan Brigjen Katamso Gang Kopi ini berusaha berdiri meskipun hanya memiliki satu kaki untuk bertahan.
Dipegang erat tangan anggota DPRD Sumut, Brilian Moktar SE MM ketika menemuinya. Tangis pun kembali pecah. Di hadapan Brilian Moktar dan Ketua Komunitas Masyarakat Amal Peduli Kemanusiaan (Kompak) Sumut, Iwan Hartono Alam di Balai Sosial Yayasan Angsapura Blok I, Minggu (21/8) malam. Tjong Tjing Liu menceritakan bagaimana anaknya meninggal dengan kondisi mengenaskan.
“Mengapa kamu pergi begitu. Mengapa tidak saya saja. Mengapa. Apa salah dia, apa dosanya. Apa sampai harus menghilangkan nyawa? Apa negara kita tidak ada hukum lagi. Pak Jokowi dan Pak Tito pelakunya harus dapat,” ucap Tjong Tjin Liu sembari terus mengusap air mata yang terus mengalir.
Dirinya bahkan tidak kuasa melihat foto-foto yang ditunjukkan teman-teman anaknya dan mendapat informasi dari media. Mayat anaknya, Rudy Chandra Pemajayanto (33) ditemukan di Sungai Arun Dalu, Dusun 5, Desa Buluh Cina, Kecamatan Hamparan Perak, dengan kondisi tangan diikat dan mulut dilakban.
“Janganlah ada lagi. Biarlah ini terakhir,” ucap Tjong Tjin Liu penuh marah. Sesekali dia menepuk dada menandakan betapa sesak melihat tindakan orang jahat yang melakukan anaknya seperti hewan.
“Hilang kaki saya satu karena diamputasi tidak terasa sakit, tetapi betapa sakitnya hati saja dengan hilangnya putra saya yang sangat baik ini. Tidak pernah dia melawan papanya,” tangisnya terseduh-seduh. “Dunia ini benar-benar gila,” tambahnya dan tangisnya pun tidak berhenti-henti.
Ketua Kompak Sumut, Iwan Hartono Alam beberapa kali menenangkan Tjon Tjin Liu sembari menepuk-nepuk bahunya. “Tenang saja pak,” ucapnya.
Tjong Tjing Liu sambil terus menangis mengungkapkan isi hatinya, kejadian di Medan ini sudah beberapa kali dan sangat mengerikan. Belum lama ini toke rantang yang meninggal dengan cara sadis akibat dibegal. “Sebenarnya negara kita ini negara koboi atau apa? Mengapa begini, mengapa. Ini manusia bukan binatang. Tolonglah,” ucapnya.
Dirinya mengaku sudah lapor polisi. Dia berharap agar pelaku pembunuhan anak dengan sadis ditangkap. “Tolonglah, hukum seberat-beratnya. Bayar kembali nyawa anak saya,” ucapnya yang terus menangis terseduh-seduh.
Kronologi
Dia menceritakan, pada 16 Agustus 2016, dirinya menelepon anaknya tetapi tidak diangkat. “Biasanya tidak pernah HP-nya mati. Tetapi, karena sangat saking ngantuknya malam itu sempat tertidur. Jam 03.00 WIB dini hari saya terbangun dan menyuruh agar dilihat apakah anaknya sudah pulang. Tetapi, yang disuruhnya mengatakan belum ada,” ungkapnya.
Keesokannya 17 Agustus, lanjutnya dirinya berpikir anaknya keluar kota. “Pada 17 Agustus pagi saya sempat kontak tetapi tidak diangkat. Sesudah itu terus hilang. Biasanya kalau keluar kota tinggalkan biaya rumah sakit, becak dan lainnya. Bahkan ketika pergipun dia bilang tetapi mengapa hari itu tidak bilang,” ucapnya sedih.
Pada 18 Agustus, Tjong Tjing Liu mendatangi vihara dan didapat informasi anaknya pada 17 Agustus malam sekira pukul 09.00 WIB masih di vihara. “Jadi, saya curiga kejadiannya antara pukul 10.00 WIB. Saya mengetahui kabar meninggal dari teman-teman vihara. Saya awalnya tidak yakin dirinya meninggal dengan mengenaskan. Padahal dia orang baik, tidak pernah berbuat jahat. Tetapi mengapa meninggalnya sangat mengenaskan,” ucapnya.
Atensi Polisi
Brilian Moktar mengaku, selama sebulan ini mendapati informasi tiga pembunuhan yang sangat sadis. Toke rantang yang dibunuh begal, anak SMP yang tewas dibunuh di kawasan Djamin Ginting dan yang terakhir ini seorang Sales Manager PT Global Quality Solusindo yang mayatnya ditemukan di Hamparan Perak dengan kondisi muka dilakban serta tangan terikat.
“Motif ini kalau dilihat bukan perampokan murni. Kalau perampokan murni mengambil harta. Mungkin motif lain, sebelum malam kejadian ada orang telepon dia, dalam komunikasi itu dia keluar dan setelah keluar hilang dan ditemukan sampai menjadi Mr X,” katanya.
Brilian mendesak, Poltabes Medan, Polres KP3 Belawan dan Poldasu membentuk tim khusus karena pembunuhan ini paling sadis. “Ini sudah luar biasa, minta khusus untuk Rudy Chandra isi pembicaraan beberapa hari terakhir sebelum meninggal dibuka,” katanya.
Agen BandarQ
Menurutnya, dengan mukanya dilakban, dirinya yakin salah satu pelaku ada dikenal korban. “Saya juga mendesak Kapolda dan KP3 Belawan di mana mayatnya ditemukan. Bisa saja peristiwa di TKP atau tidak. Tetapi, yang terpenting ditemukan TKP-nya di Hamparan. Ini harus menjadi perhatian khusus karena di Hamparan Perak hampir rata-rata kejadian di sana,” katanya.
Sebagai anggota Komisi A DPRD Sumut yang membidangi hukum, dia berharap Poldasu memberi perhatian serius di daerah-daerah di Hamparan Perak dan Sunggal. Untuk mengantisipasi kasus ini, Poldasu diminta turunkan tim segera mengungkapkan agar orangtua bisa tenang dan ketenangan arwah.
Ketua Kompak Sumut, Iwan Hartono Alam berharap kasus ini tidak berulang-ulang, polisi harus memberi kenyaman kepada warganya. Sementara Rudi pimpinan PT Global Quality Solusindo mengaku kaget dan marah besar melihat anak buahnya diberlakukan tidak manusiawi dan meninggal dengan mengenaskan. “Kita kaget dan berharap kasus ini segera terungkap. Dia orangnya baik dan sering ke vihara,” ucapnya.
Para sahabat dan teman korban mengecam keras aksi pembunuhan tersebut. Mereka meminta aparat kepolisian untuk menindaklanjuti kasus pembunuhan tersebut sampai tuntas. “Kami meminta aparat kepolisian untuk menindaklanjuti kasus pembunuhan terhadap teman kami ini,” ungkap Chandra sahabat korban.
Diamengatakan, sangat terkejut adanya berita dari keluarga tentang tewasnya Rudy yang ditemui pada Kamis (18/8) dengan kondisi yang mengenaskan.
Terakhir kali ia bertemu dengan Rudy pada tanggal 16 Agustus 2016 di salah satu pusat perbelanjaan di Medan, dua hari sebelum ditemui jenazahnya oleh petugas PU. “Kami bertemu lebih kurang satu jam, berbincang santai mengenai pekerjaan saja tidak ada memperlihatkan gelagat yang aneh pada diri Rudy,” paparnya.
Diketahuinya, setelah kami berpisah, mendiang sempat menyinggah ke Vihara Jalan Panjang.
Salimin mantan dosen Kampus Mikroskill tempat Rudy menimbah ilmu mengatakan, pihaknya meminta aparat kepolisian untuk bekerja keras menuntaskan kasus pembunuhan masiswanya itu. “Saya berharap pihak kepolisian dapat menuntaskan kasus pembunuhan ini,” ungkap Salimin.
(Sumber,Harian.Analisadaily.com)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar